Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kambing dan Domba Adalah Spesies Yang Berbeda, Ini Ciri-cirinya!

Perbedaan Bentuk Serta Karakteristik Daging Antara Kambing dan Domba



Kambing dan domba adalah dua jenis spesies hewan yang berbeda. Dalam bahasa latin, kambing disebut Capra hirpus sedangkan domba disebut Ovis aries. Dilihat sekilas kedua hewan ini hampir sama.


Perbedaan Antara Domba dan Kambing

Bulu

Perbedaan yang mudah ditemukan adalah pada bulu kambing dan domba. Bulu pada kambing itu lurus dan tidak perlu dicukur, bahkan dibiarkan saja memanjang. Sedangkan domba memiliki bulu yang keriting dan biasanya dicukur jika sudah lebat untuk dibuat menjadi wol. Apabila bulu kedua hewan ini sama-sama sudah dicukur, maka keduanya susah dibedakan dan terlihat sangat mirip.

Telinga

"Kalau mau cepat melihat perbedaannya, lihat saja telinganya, kambing dan domba berbeda," ujar Ro'at Syaidan (50), penjual hewan ternak di Pasar hewan Tanjungsari.

Telinga domba jauh lebih kecil dari kambing dan terletak di bawah tanduk besar, telinganya tampak seperti kerucut kecil.

Perbedaan lainnya ada pada telinga kambing yang sebagian besar terjuntai ke bawah dan panjang sedangkan telinga domba menegak ke atas. Kelenjar bau pada kambing yang ada di bawah ekornya tercium lebih menyengat sedang domba tidak.

Sementara Telinga kambing jauh lebih bedar dari domba, berbentuk panjang seperti daun dan menjuntai ke bawah.

Tanduk

"Bentuk tanduknya juga berbeda," ujar Ro'at Syaidan. Tanduk kambing lebih kecil daripada tanduk domba.

Tanduk yang dimiliki kambing dan domba pun berbeda. Kambing memiliki tanduk yang mengarah ke atas atau ke samping sedangkan tanduk domba melengkung, itu juga tidak semua domba memiliki tanduk.

Tanduk domba nampak tajam dan berbentuk melingkar sementara tanduk kambing bentuknya menyerupai tanduk sapi,tajam ke atas.

Postur Tubuh

Ukuran tubuh kambing nampak lebih 'semampai' dibandingkan ukuran tubuh domba, tubuh kambing lebih tinggi namun lebih ramping dari domba.

Sementara tubuh domba lebih pendek namun lebih besar dari kambing, terutama di bagian perut.

Daging

Daging domba cenderung lebih banyak, sementara daging kambing lebih sedikit namun lebih 'pungkil' atau tebal dibandingkan daging domba. "Daging domba itu katanya membuat darah tinggi sementara daging kambing tidak, kalau daging kambing dibakar, baunya sampai tercium jauh," katanya.

Cara makan

Kambing biasanya memakan daun-daun segar, pucuk daun, dan memakannya dengan agak berdiri sedangkan domba makan dengan cara merumput, mencari rumput yang pendek di permukaan tanah.

Kebiasaan

Kambing adalah tipe hewan yang cenderung mandiri dan bebas sedangkan domba lebih suka berkelompok dan merasa gelisah kalau terpisah dari kawanannya. Ketika mencari perlindungan, kambilng lebih gesit dan cepat dibandingkan domba. Kambing tidak suka jika kakinya terkena air dan basah, sehingga mereka akan segera mencari rumput di tempat yang lebih tinggi.


Perbedaan Daging Kambing dan Daging Domba

Kambing dan domba adalah dua hewan yang terkadang dagingnya disalahartikan sehingga membuat rancu. Banyak orang yang menyebutkan bahwa daging kambing adalah daging yang sama dengan daging domba. Padahal, kambing dan domba adalah dua hewan yang berbeda.

Perbedaan karakteristik pun sangat mencolok dari dua hewan yang sama-sama berkaki empat tersebut. Perbedaan utama antara kambing dan domba adalah pada bulu dan tanduknya. Dua perbedaan inilah yang paling mudah dikenali dengan pengamatan langsung. Bulu kambing lurus, sedangkan bulu domba keriting. Tanduk kambing lurus atau agak melengkung ke belakang, sementara tanduk domba melengkung ke belakang dan berpilin. Nah, kalau sudah dimasak, apa yang membedakan daging domba dan daging kambing?

Di bawah ini adalah perbedaan daging kambing dan daging domba setelah dimasak:

1. Sebelum dimasak warna daging kambing dan domba berbeda
Kalau kamu perhatikan, daging kambing berwarna lebih merah, daripada daging domba. Biasanya, orang tidak bisa membedakan warna daging kambing dan daging domba setelah dipotong. Namun setelah didiamkan beberapa saat, warna keduanya akan terlihat berbeda.

2. Daging kambing beraroma lebih tajam dibandingkan daging domba
Aroma daging kambing lebih tajam daripada daging domba. Atau yang biasa disebut lebih 'prengus'. Selain itu, kambing adalah hewan yang memakan tumbuhan yang ada di bawah, seperti rumput. Sementara domba lebih sering memakan tumbuhan yang ada di pohon-pohon yang rendah.

3. Lemak daging kambing lebih keras dan lezat
Bagi kamu yang menggemari daging kambing pastinya tahu jika daging kambing memiliki lemak yang lebih keras dan lebih lezat daripada domba. Hal tersebut yang membuat para pecinta kuliner daging lebih memilih daging kambing daripada daging domba.

4. Daging kambing lebih lezat karena kandungan berat dagingnya memiliki komposisi khusus, daripada daging domba

Setelah dimasak, daging kambing lebih lezat karena kandungan berat dagingnya memiliki komposisi khusus yang membuat rasa gurihnya lebih dominan ketika dimasak, terutama jika dibakar. Hal ini karena rasio protein lemak daging kambing cukup tinggi, yaitu 1:8, lebih tinggi daripada domba. Akibatnya ketika dibakar, rasa gurih protein akan ikut menyokong rasa gurih yang ditimbulkan oleh lemak.

5. Kandungan kalori daging kambing lebih rendah
Setelah dimasak, setiap 100 gram berat daging domba memiliki kandungan kalori, protein, lemak, fosfor, zat besi dan vitamin yang lebih tinggi dibandingkan per 100 gram berat daging kambing.

Perbedaan Kandungan gizi daging domba dan daging kambing, Mana Lebih Baik?

Daging domba mungkin tidak sepopuler daging kambing di Indonesia. Padahal, menurut Direktorat Gizi Departmen Kesehatan RI, daging domba memiliki nilai gizi yang lebih baik daripada daging kambing per 100 gramnya.

Dalam setiap 100 gram daging domba terdapat 206 kalori, 17,1 gram protein, dan 14,8 gram lemak. Adapula 10 mg kalsium, 191 mg fosfor, 2,6 mg zat besi, 0,15 mg vitamin B1, serta 66,3 gram air.

Daging domba lebih kaya protein, fosfor, zat besi, dan vitamin B1 daripada daging kambing. Walau lebih tinggi kalori dan lemak, daging domba (tanpa lemak) bisa jadi sumber protein bagi mereka yang menjalankan diet rendah lemak.

Jika semua bagian lemak yang tampak pada daging domba dibuang, rata-rata lemak yang tersisa adalah 3,7% dalam keadaan mentah dan 6% jika sudah dimasak.
Daging domba di Indonesia vs daging domba impor

Daging domba lokal banyak berasal dari Pulau Jawa, seperti Garut, Wonosobo, dan Banjarnegara. Peternakan domba juga bisa ditemui di Sulawesi dan Nusa Tenggara. Sementara itu, daging domba impor yang dijual di Indonesia biasanya berasal dari Australia.

Menurut Meat & Livestock Australia (MLA), Australia adalah salah satu negara pengekspor daging domba terbaik di dunia. Selain karena wilayahnya cocok untuk beternak domba, berbagai penelitian dan pengembangan teknologi terkait produksi peternakan terus dilakukan di negara ini.

Daging domba Australia sudah bersertifikat halal. Selain itu, standardisasi keamanan dan kesehatan daging domba Australia dijamin oleh AUSMEAT. Seluruh ternaknya pun bebas penyakit seperti anthrax serta penyakit mulut dan kaki.

Austaralia juga menetapkan sistem pelacakan pada domba-dombanya. Sejak lahir, domba Australia dipasangi chip di telinga kanannya. Dengan demikian, kesehatan ternak dapat dikontrol secara lebih ketat. Peternak pun dapat segera mengambil tindakan jika dombanya sakit.

Daging domba bertekstur lebih empuk dan baunya tidak begitu menyengat dibanding daging kambing. Biasanya diolah menjadi lamb chop, lamb shank, atau kebab. Namun, daging domba juga bisa menggantikan daging kambing dalam hidangan tradisional seperti sup, gulai, tongseng, dan sate.


Apakah ini artinya daging kambing tidak sehat?

Anggapan daging kambing yang mengandung kolesterol tinggi sudah terlanjur ada di benak masyarakat. Padahal, menurut referensi kandungan nutrisi Departemen Pertanian Amerika Serikat atau USDA, daging kambing memiliki kandungan kalori, lemak total, lemak jenuh, protein, dan kolesterol lebih rendah dibandingkan ayam, sapi, babi, dan domba.

Per 85 gram daging yang dimasak, hanya memiliki kalori sebesar 122, sedangkan ayam 162 kalori, sapi 179 kalori, babi 180 kalori, dan domba 175 kalori. Dari segi lemak pun daging jenis ini memiliki kandungan paling sedikit. Per 85 gram sajian, daging kambing memiliki lemak 2,6 gram, ayam sebesar 6,3 gram, sapi sebesar 7,9 gram, babi sebesar 8,2 gram, dan domba 8,1 gram.

Kandungan kolesterol daging kambing juga paling rendah, yaitu 63,8 miligram per 85 gram penyajian. Ini lebih rendah dari ayam yang memiliki kandungan kolesterol sebanyak 76 miligram, sapi dan babi sebesar 73,1 miligram, serta domba sebanyak 78,2 miligram.

Meski secara hitungan kalori dan kandungan lemak daging kambing tergolong rendah, namun bukan berarti Anda tidak memiliki aturan dalam mengonsumsinya. Makan daging kambing terlalu banyak tentu bisa berakibat buruk bagi kesehatan.

Tips Membakar Atau Memanggang Daging Yang Baik Agar Terhindar Dari Ancaman Kanker

Membakar daging menyebabkan senyawa karsinogenik terbentuk.  Ternyata membakar daging dapat menyebabkan terbentuknya senyawa karsinogenik yang dapat menyebabkan kanker. Pembakaran yang terjadi pada suhu tinggi dapat menyebabkan reaksi yang kemudian membentuk senyawa karsinogenik yang disebut heterocyclic amine (HCA) dan policyclic aromatic hydrocarbon (PAH).

HCA terbentuk ketika asam amino (yang terdapat dalam protein), gula, dan kreatin (senyawa yang ada pada otot) bereaksi pada suhu tinggi. Daging sendiri mengandung asam amino yang tinggi sehingga semakin banyak senyawa HCA yang bisa terbentuk jika membakar daging dalam suhu tinggi.

Sedangkan, PAH terbentuk ketika lemak dan cairan dalam daging keluar dan menetes ke api pembakaran, menyebabkan timbulnya kobaran api dan asap. Asap yang mengandung PAH ini kemudian menempel pada daging. Senyawa PAH sendiri tidak hanya terbentuk saat pembakaran daging, tapi juga bisa terdapat dalam makanan hangus lainnya, asap rokok, dan asap kendaraan.

Namun begitu, senyawa HCA dan PAH ini tidak langsung bisa menyebabkan kanker. Kedua senyawa ini bisa menyebabkan kanker bila sudah menyebabkan kerusakan pada DNA. Untuk bisa merusak DNA, HCA dan PAH harus dimetabolisme atau diaktivasi terlebih dahulu oleh enzim tertentu dalam tubuh. Sehingga, pengaruh konsumsi daging bakar terhadap risiko kanker mungkin akan berbeda pada setiap individu.


Bagaimana cara untuk mengurangi senyawa HCA dan PAH pada daging bakar?

Perlu Anda ketahui, pembentukan senyawa HCA dan PAH tergantung pada jenis daging, metode memasak, dan tingkat kematangan daging (seberapa lama daging dibakar). Sehingga, Anda bisa mengontrol ketiga faktor tersebut untuk mengurangi terbentuknya senyawa HCA dan PAH.

Jenis daging yang mengandung protein dan lemak tinggi dapat membentuk senyawa HCA dan PAH yang lebih banyak saat pembakaran. Oleh karena itu, mengonsumsi ikan bakar mungkin lebih baik dibandingkan daging bakar.

Namun, ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk mengurangi terbentuknya senyawa HCA dan PAH pada daging bakar, yaitu:
  • Marinasi daging sebelum dibakar. The American Institute for Cancer Research mengatakan bahwa marinasi daging setidaknya 30 menit sebelum dibakar dapat mengurangi pembentukan HCA. Anda bisa memarinasi daging dengan bahan-bahan, seperti lemon, bawang putih, kunyit, daun mint, atau bawang bombay.
  • Hindari membakar daging dalam waktu lama. Semakin lama daging terpapar dengan suhu tinggi (terutama di atas 300C), semakin banyak senyawa HCA dan PAH yang terbentuk. Untuk memangkas waktu pembakaran, Anda bisa memasak daging terlebih dahulu menjadi setengah matang, dan kemudian membakarnya. Atau, Anda juga bisa memotong daging menjadi lebih kecil sehingga lebih cepat matang.
  • Membalikkan daging terus-menerus selama pembakaran. Hal ini dapat mengurangi pembentukan HCA pada daging sebesar 75-95% menurut penelitian yang dipublikasikan dalam Nutrition Action Healthletter, dibandingkan hanya membiarkan daging matang pada satu sisi dan kemudian membaliknya satu atau dua kali.
  • Hindari memakan bagian daging yang hangus, bagian ini mengandung HCA dan PAH yang tinggi.
  • Jangan lupa membersihkan panggangan dari residu karsinogenik yang menempel setelah Anda selesai memanggang. Lakukan juga hal ini sebelum Anda mulai membakar daging.

Dari berbagai sumber