Tahapan Perkembangan Ternak Sapi, Pedet Sampai Dewasa
Fase -fase Pertumbuhan Pada Ternak Sapi, Mulai Dari Pedet Menyusu, Weaning Hingga Dewasa
Pertumbuhan ternak sapi yang kurang mendapat pakan baik selama menyusu yang disebabkan oleh karena induk kurang memproduksi susu, cenderung akan dikompensasi pada saat lepas menyusu sepanjang pakan yang diberikan kualitas dan kuantitasnya baik. Kebalikannya anak yang menyusu pada induk yang produksi susunya melimpah, pada saat disapih dan setelah mendapat makanan lain pada saat lepas sapih maka pertumbuhannya akan kurang memuaskan, tidak seperti pada saat anak tersebut masih menyusu.
Pertumbuhaan ternak sapi dibagi menjadi 3 fase, yaitu
- pre-natal (sebelum lahir),
- pre-weaning (masa menyusui)
- post disapih.
Dalam Periode pertumbuhan terdapat dua kejadian yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran dari urat daging, tulang, organ internal dan bagian lain pada tubuh (Ensminger, 1957). Sedangkan Wello, (1986) menyatakan, pertumbuhan adalah kenaikan berat badan mencapai ukuran dewasa sedangkan perkembangan adalah hal yang menyangkut perubahan konformasi tubuh. Selanjutnya, dinyatakan bahwa pada hewan, dari lahir hingga dewasa kelamin pertambahan berat karkas sebagian besar disebabkan oleh pertambahan daging, pertambahan tulang dan pertambahan lemak hanya sedikit, tetapi setelah mendekati dewasa tubuh pertambahan berat badan akan menurun, dimana pertumbuhan tulang hampir tidak ada sebaliknya pertumbuhan lemak semakin meningkat.
Pertumbuhan Ternak Sapi Fase Pre-natal
Pada ternak prolifik/multiparous /peridi pertumbuhan prenatal dipengaruhi jumlah foetus dalam uterus. Jumlah foetus banyak menyebabkan bahan pakan induk tidak mencukupi dan mengakibatkan anak yang dilahirkan kecil.
Pada ternak yang menghasilkan satu anak (monoparous), bobot badan dan umur induk mempengaruhi pertumbuhan pre-natal. Induk yang bobot badannya kecil akan melahirkan pedet yang lebih kecil dibandingkan induk yang lebih tua dan lebih besar. Perbedaan ini disebabkan lingkungan dalam uterus, diantaranya besarnya uterus.
Bobot lahir pedet juga bervariasi tergantung bapaknya, artinya faktor kebakaan memegang peranan pada pertumbuhan pre-natal.
Sebagai contoh kecepatan pertumbuhan anak jantan 3,5-4 lbs/hari, membutuhkan 5-5,5 lbs makanan untuk setiap kenaikan 1 lbs, anak betina yang pertambahan berat badan hariannya 2,7-3 lbs membutuhkan makanan 6,5-8 lbs makanan untuk setiap kenaikan 1 lbs.
Pertumbuhan Ternak Sapi Fase Pre-Weaning,
Pengurangan susu yang diberikan akan berdampak pada peningkatan konsumsi konsentrat. Seekor pedet menjelang lepas sapih bisa menghabiskan konsentrat sampai 1,5 kg per ekor per hari. Bila dimbangi dengan pemberian hijauan berkualitas baik dalam jumlah cukup (termasuk pemberian leguminosa), maka pengurangan jumlah susu menjelang penyapihan tampaknya tidak menjadi masalah.
Pertumbuhan pre-weaning, dipengaruhi kualitas dan kuantitas susu induk. Bila jumlah anak terlalu banyak seperti pada babi, produksi susu tidak akan mencukupi kebutuhan tumbuh optimal semua anaknya.
Beberapa pedet tumbuh dengan kecepatan tinggi dan yang lainnya tumbuh dengan kecepatan lebih rendah pada waktu yang bervariasi selama masa menyusu. Pertumbuhan selama menyusu dapat dihitung dengan rumus :
Kecepatan Pertumbuhan = Berat saat disapih – Berat lahir / Lama menyusu
Peternak sapi pedaging umumnya membutuhkan data bobot saat disapih, untuk memudahkan penentuan bobot badan saat disapih dikembangkan metode lain untuk menghitung bobot sapih 205 hari yaitu standar rata-rata umur disapih (saat susu induk diganti dengan pakan lain), yang rumusnya adalah sbb :
BS – BL
BSS = X 205 + Berat lahir.
Lama menyusu
Keterangan :
BS = Berat sapih.
BL = Berat lahir
BSs = Berat sapih standar (205 hari)
Bila bobot lahir tidak tercatat, rata-rata bobot lahir ditentukan 70 lbs sebagai bahan perhitungan (hanya berlaku untuk sapi daging).
Betina muda, betina awal dewasa dan betina kecil pada bangsa yang sama akan memproduksi susu lebih sedikit dibandingkan betina besar dan betina sudah dewasa.
Produksi susu induk sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan pedet saat menyusu. Bila pakan induk kualitasnya baik, namun kuantitasnya kurang mencukupi maka induk akan memproduksi susu lebih sedikit dan akan menurunkan pertumbuhan pedet.
Bila pakan induk cukup dan baik, pertumbuhan pedet jantan lebih cepat dibanding pedet jantan kebiri, pedet kebiri pertumbuhannya lebih cepat dari pedet betina selama periode menyusu.
Bila pakan induk kurang baik, pertumbuhan pedet jantan pada saat menyusu perbedaannya sangat kecil dibandingkan pedet betina.
Pengaruh umur induk dan jenis kelamin pedet terhadap pertumbuhan sangat nyata terlihat pada sapi dan domba. Pedet yang berasal dari induk yang berumur 2 tahun, sekitar 75 lbs lebih rendah berat sapihnya (pd umur 7 bulan) dibandingkan pedet yang berasal dari induk yang lebih dewasa. Demikian juga pedet jantan dari induk yang mendapat pakan baik akan lebih berat 40 lbs dibandingkan pedet betina pada umur sapih.
Pertumbuhan Ternak Sapi Fase Post Weaning Growth
Post-weaning growth adalah pertumbuhan yang terjadi antara waktu disapih sampai saat disembelih, pada berat 1000-1100 lbs.
Rumus menghitung kecepatan pasca-sapih, sbb :
Pertumbuhan Pasca-Sapih = Berat Akhir – Berat Sapih / Waktu
Beberapa perbedaan kecepatan pertumbuhan diantara ternak dipengaruhi faktor genetik, sepanjang pedet tidak banyak variasi dalam pakannya selama menyusu.
Ternak yang kurang mendapat pakan baik selama menyusu yang disebabkan oleh karena induk kurang memproduksi susu, cenderung akan dikompensasi pada saat lepas menyusu sepanjang pakan yang diberikan kualitas dan kuantitasnya baik. Kebalikannya anak yang menyusu pada induk yang produksi susunya melimpah, pada saat disapih dan setelah mendapat makanan lain pada saat lepas sapih maka pertumbuhannya akan kurang memuaskan, tidak seperti pada saat anak tersebut masih menyusu.
Meskipun anak yang pakannya kurang baik pada saat menyusu akan mengalami pertumbuhan kompensasi, namun tidak akan mencapai berat yang normal seperti anak yang menerima pakan yang baik pada saat menyusu.
Ternak yang pertumbuhannya cepat, pada saat dilakukan penggemukan akan membutuhkan makanan yang lebih sedikit untuk setiap pertambahan berat badan dibandingkan dengan anak yang pertumbuhannya lambat. Mereka juga lebih banyak “lean” daripada lemak di dalam tubuhnya.
Bila ternak jantan dan betina normal mencapai pubertas dan mulai berkembang sexualitasnya, pertumbuhan mereka akan menurun meskipun proses pertumbuhan masih tetap berlangsung sampai beberapa waktu sesudah mencapai pubertas.
Sebagai contoh : Hereford mencapai pubertas pada umur +- 15 bulan, pada umur ini beratnya 1200 lbs atau lebih. Mereka akan tumbuh terus sampai umur 25 bulan dengan berat dapat mencapai 1800 sampai 2700 lbs.
Pertumbuhan menurun kontinyu dari pubertas sampai dewasa dicapai. Anak jantan akan tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan anak betina setelah lepas sapih meskipun mereka mengkonsumsi makanan yang jumlahnya tidak jauh berbeda untuk setiap unit kenaikan berat badan, kusekuensinya anak jantan dalam pertumbuhannya membutuhkan makanan yang lebih sedikit dibandingkan dengan anak betina untuk kenaikan setiap unit berat badan.
Sebagai contoh kecepatan pertumbuhan anak jantan 3,5-4 lbs/hari, membutuhkan 5-5,5 lbs makanan untuk setiap kenaikan 1 lbs, anak betina yang pertambahan berat badan hariannya 2,7-3 lbs membutuhkan makanan 6,5-8 lbs makanan untuk setiap kenaikan 1 lbs.
Maturitas/Dewasa tubuh. Setelah ternak mencapai dewasa tubuh, perubahan berat badan diakibatkan oleh penambahan atau pengurangan kandungan lemak tubuh. Penambahan berat badan pada saat penggemukan bukan merupakan adanya pertumbuhan karena tidak ada pembentukan protein tubuh yang terjadi. Pada kenyataannya ternak cenderung kehilangan protein tubuh dengan bertambahnya umur. Kehilangan protein tubuh pada ternak merupakan fenomena pada “aging proses”. Untuk Sapi Betina Inseminasi pertama sebaiknya dilakukan setelah bobotnya berkisar 280 kg yang dicapai pada umur 15 bulan. Bibit sapi yang diinseminasi pada umur 17-18 bulan dengan kisaran berat badan 280-300 kg, maka pada saat beranak pertama kali (umur 26 bulan) akan mencapai 430 kg. pencapaian berat ini dikarenakan pertumbuhan saat bibit sapi perah bunting lebih dari 700 gram per ekor per hari.
BSS = X 205 + Berat lahir.
Lama menyusu
Keterangan :
BS = Berat sapih.
BL = Berat lahir
BSs = Berat sapih standar (205 hari)
Bila bobot lahir tidak tercatat, rata-rata bobot lahir ditentukan 70 lbs sebagai bahan perhitungan (hanya berlaku untuk sapi daging).
Betina muda, betina awal dewasa dan betina kecil pada bangsa yang sama akan memproduksi susu lebih sedikit dibandingkan betina besar dan betina sudah dewasa.
Produksi susu induk sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan pedet saat menyusu. Bila pakan induk kualitasnya baik, namun kuantitasnya kurang mencukupi maka induk akan memproduksi susu lebih sedikit dan akan menurunkan pertumbuhan pedet.
Bila pakan induk cukup dan baik, pertumbuhan pedet jantan lebih cepat dibanding pedet jantan kebiri, pedet kebiri pertumbuhannya lebih cepat dari pedet betina selama periode menyusu.
Bila pakan induk kurang baik, pertumbuhan pedet jantan pada saat menyusu perbedaannya sangat kecil dibandingkan pedet betina.
Pengaruh umur induk dan jenis kelamin pedet terhadap pertumbuhan sangat nyata terlihat pada sapi dan domba. Pedet yang berasal dari induk yang berumur 2 tahun, sekitar 75 lbs lebih rendah berat sapihnya (pd umur 7 bulan) dibandingkan pedet yang berasal dari induk yang lebih dewasa. Demikian juga pedet jantan dari induk yang mendapat pakan baik akan lebih berat 40 lbs dibandingkan pedet betina pada umur sapih.
Maturitas/Dewasa tubuh. Setelah ternak mencapai dewasa tubuh, perubahan berat badan diakibatkan oleh penambahan atau pengurangan kandungan lemak tubuh. Penambahan berat badan pada saat penggemukan bukan merupakan adanya pertumbuhan karena tidak ada pembentukan protein tubuh yang terjadi. Pada kenyataannya ternak cenderung kehilangan protein tubuh dengan bertambahnya umur. Kehilangan protein tubuh pada ternak merupakan fenomena pada “aging proses”.
Pertumbuhan Ternak Sapi Fase Post Weaning Growth
Post-weaning growth adalah pertumbuhan yang terjadi antara waktu disapih sampai saat disembelih, pada berat 1000-1100 lbs.
Rumus menghitung kecepatan pasca-sapih, sbb :
Pertumbuhan Pasca-Sapih = Berat Akhir – Berat Sapih / Waktu
Beberapa perbedaan kecepatan pertumbuhan diantara ternak dipengaruhi faktor genetik, sepanjang pedet tidak banyak variasi dalam pakannya selama menyusu.
Kecukupan pemberian pakan akan memperlihatkan pertumbuhan bibit sapi yang baik, pada kisaran pertambahan berat badan 500-600 gram per ekor per hari. Pertumbuhan dibawah 500 gram per ekor per hari menunjukkan performa terjadinya kekurangan asupan pakan. Demikian juga pertumbuhan yang melebihi 500 gram per ekor per hari bahkan mencapai kisaran 700 gram per ekor per hari menjadi petunjuk adanya kelebihan pemberian pakan. Pertambahan berat badan lebih dari 700 gram per ekor per hari maka perkembangan jaringan kelenjar ambing (jaringan penghasil susu) pada pedet betina akan terhambat dan sebagai akibatnya setelah sapi beranak produksi susunya tidak optimal.Beberapa faktor lain mungkin juga berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan selama menyusu ini.
Ternak yang kurang mendapat pakan baik selama menyusu yang disebabkan oleh karena induk kurang memproduksi susu, cenderung akan dikompensasi pada saat lepas menyusu sepanjang pakan yang diberikan kualitas dan kuantitasnya baik. Kebalikannya anak yang menyusu pada induk yang produksi susunya melimpah, pada saat disapih dan setelah mendapat makanan lain pada saat lepas sapih maka pertumbuhannya akan kurang memuaskan, tidak seperti pada saat anak tersebut masih menyusu.
Meskipun anak yang pakannya kurang baik pada saat menyusu akan mengalami pertumbuhan kompensasi, namun tidak akan mencapai berat yang normal seperti anak yang menerima pakan yang baik pada saat menyusu.
Ternak yang pertumbuhannya cepat, pada saat dilakukan penggemukan akan membutuhkan makanan yang lebih sedikit untuk setiap pertambahan berat badan dibandingkan dengan anak yang pertumbuhannya lambat. Mereka juga lebih banyak “lean” daripada lemak di dalam tubuhnya.
Bila ternak jantan dan betina normal mencapai pubertas dan mulai berkembang sexualitasnya, pertumbuhan mereka akan menurun meskipun proses pertumbuhan masih tetap berlangsung sampai beberapa waktu sesudah mencapai pubertas.
Sebagai contoh : Hereford mencapai pubertas pada umur +- 15 bulan, pada umur ini beratnya 1200 lbs atau lebih. Mereka akan tumbuh terus sampai umur 25 bulan dengan berat dapat mencapai 1800 sampai 2700 lbs.
Pertumbuhan menurun kontinyu dari pubertas sampai dewasa dicapai. Anak jantan akan tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan anak betina setelah lepas sapih meskipun mereka mengkonsumsi makanan yang jumlahnya tidak jauh berbeda untuk setiap unit kenaikan berat badan, kusekuensinya anak jantan dalam pertumbuhannya membutuhkan makanan yang lebih sedikit dibandingkan dengan anak betina untuk kenaikan setiap unit berat badan.
Sebagai contoh kecepatan pertumbuhan anak jantan 3,5-4 lbs/hari, membutuhkan 5-5,5 lbs makanan untuk setiap kenaikan 1 lbs, anak betina yang pertambahan berat badan hariannya 2,7-3 lbs membutuhkan makanan 6,5-8 lbs makanan untuk setiap kenaikan 1 lbs.
Maturitas/Dewasa tubuh. Setelah ternak mencapai dewasa tubuh, perubahan berat badan diakibatkan oleh penambahan atau pengurangan kandungan lemak tubuh. Penambahan berat badan pada saat penggemukan bukan merupakan adanya pertumbuhan karena tidak ada pembentukan protein tubuh yang terjadi. Pada kenyataannya ternak cenderung kehilangan protein tubuh dengan bertambahnya umur. Kehilangan protein tubuh pada ternak merupakan fenomena pada “aging proses”. Untuk Sapi Betina Inseminasi pertama sebaiknya dilakukan setelah bobotnya berkisar 280 kg yang dicapai pada umur 15 bulan. Bibit sapi yang diinseminasi pada umur 17-18 bulan dengan kisaran berat badan 280-300 kg, maka pada saat beranak pertama kali (umur 26 bulan) akan mencapai 430 kg. pencapaian berat ini dikarenakan pertumbuhan saat bibit sapi perah bunting lebih dari 700 gram per ekor per hari.
Pertumbuhan pada hewan atau ternak merupakan suatu fenomena universal yang bermula dari satu sel telur yang telah dibuahi dan berlanjut hingga hewan tersebut mencapai dewasa tubuh (Tillman, dkk., 1984). Menurut Susman (1960) yang dikutip oleh Azis (1989) pertumbuhan ada tiga fase adalah pertama log fase yaitu mulai saat ternak mempersiapkan diri untuk hidup, kedu eksponensial fase yaitu perkembangan bagian tubuh yang berlangsung dengan baik hingga mencapai perkembangan yang tetap dan ketiga stationery fase yaitu saat dimana pertumbuhan tersebut dalam keadaan tetap.